Sabtu, 17 Oktober 2015

Tugas_2SS_PBisnis

CONVINIENCE STORE DI INDONESIA

“Convenience store adalah format gaya hidup, hang out bagi anak muda,” Yongky Susilo, Director Retailer and Business Development Nielsen Company Indonesia. Menurutnya, convenience store ini masih tetap akan terbatas dan lokasinya akan tetap di urban area dan high traffic street. Tidak seperti minimarket yang bisa masuk ke perumahan dan semi urban area. Namun, Convenience store merupakan alternatif bagi kaum muda, karena lebih praktis dan terjangkau dibandingkan di café atau mall.

Jadi apa sebenarnya convience store?

Jika dilihat convience store tampak serupa dengan mini market, bahkan banyak orang yang menggunakan kedua istilah ini secara bergantian. Keduanya menjual produk yang sama, dan lokasi banyak hampir di setiap kota. Namun pada penerapannya, convience store lebih menawarkan kepada layanan dan kenyamanan pembeli mirip seperti café shop. Karena di convenience store disediakan produk-produk makanan segar yang lebih banyak serta area duduk yang nyaman bagi pengunjungnya. Persediaannya biasanya terbatas pada barang-barang yang tinggi-kenyamanannya dan barang-barang yang langsung di konsumsi, dan lebih didominasi makanan dan minuman.

Saat ini sudah banyak convience store tersebar di kota-kota besar Indonesia, seperti:

Circle K

Circle K pertama kali mendirikan gerai di Jalan Panglima Polim pada tahun 1986. Hingga saat ini, Circle K merupakan convenience store dengan gerai terbanyak di Indonesia.

7-Eleven

7-Eleven mulai membuka gerai pertama di Indonesia melalui perjanjian Modern Putra Indonesia (anak perusahaan dari Modern Group, distributor FujiFilm di Indonesia) sebagai Master Franchise. Kemudian pada bulan Mei 2010, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa mereka akan mengawasi perluasan 7-Eleven karena ijin usaha mereka adalah convenience store, bukan mini market dan FYI, hukum Indonesia membatasi kepemilikan mini market yang hanya boleh dimiliki oleh perusahaan lokal.

Lawson

Lawson membuka gerai pertamanya di Indonesia pada bulan Agustus 2011 silam di daerah kemang. Merupakan gerai ekspansi kedua di luar Jeang setelah Cina, Lawson masuk ke Indonesia dengan menggandeng PT. Midi Utama Indonesia selaku pengelola jaringan ritel Alfa Midi dan Alfa Ekspress.

Ministop

Mini Stop memperluas bisnisnya di Indonesia dengan membuka minimarket pertamanya di Bintaro Sektor 7 Tangerang, Banten.  Kesepakatan Indonesia dengan Mini Stop ditandai dengan penandatanganan perjanjian waralaba oleh perusahaan ritel lokal PT. Bahagia Niaga Lestari,  Agustus 2012.

Familymart

FamilyMart di Indonesia adalah hasil kerjasama dengan PT. Fajar Mitra Indah, anak perusahaan Wings Group. Hingga 31 Maret 2013, FamilyMart memiliki 6 gerai di Jakarta. Gerai pertama dibuka 16 Oktober 2012 di Cibubur.

Referensi:

Kamis, 15 Oktober 2015

Lembar Observasi | IBD

Subjek ; Si M
Tema : Cinta Kasih
Tanggal pengamatan : 12-14 Oktober 2015

No.
Tema
Perilaku yang tampak
1
Pengasuhan
Mengajari si A membaca tulis
2
Tanggung jawab
Memasak makanan di pagi hari
3
Perhatian
Menasehati si J ketika malas belajar
4
Pengenalan
Merespon dengan cepat ketika  si A terlihat kesulitan belajar
5
Keterikatan
Meminta tolong di belikan makanan
6
Keintiman
Melakukan komunikasi dengan D tentang aktifitas sehari
7
Kemesraan
Bercanda tawa

Selasa, 06 Oktober 2015

Tugas_1SS_PBisnis

Analisis
“PEMILIHAN LOKASI USAHA”

Lokasi usaha adalah salah satu dari faktor penting dalam memulai suatu usaha. Para pengusaha akan berusaha sedemikian rupa mencari tempat yang paling strategis. Dan hal tersebut adalah tantangan tersendiri, sebab pengusaha yang menetapkan lokasi dengan bijak dapat membangun keunggulan yang lebih dari para pesaingnya.

Melalui tulisan ini, saya akan menganalisis lokasi suatu usaha penjualan gas dan air mineral “MIGAS, MIduk Gabe Arta Sejahtera”

Usaha menjual gas dan air mineral ini bisa dibilang sangat menguntungkan, karna saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia memakai gas sebagai bahan bakar memasak di rumah maupun yang berjualan dan lebih memilih membeli air mineral kemasan daripada bersusah payah memasak air.


Berlokasi di pinggiran jalan raya, tepatnya di Jalan Pajajaran Raya, Perumnas 3 Kabupaten Tangerang. Usaha ini sangatlah strategis, selain itu juga sangat mudah dijangkau karna berada di tengah-tengah keramaian (rumah penduduk, warung sembako).

Berikut saya jabarkan lingkungan usaha ini.
Internal
1. Penjual
2. Karyawan : keluarga sendiri
Eksternal 
1. Konsumen : penduduk-penduduk sekitar, orang-orang yang sedang berlalu lalang, dan kerabat si penjual, dll
2. Pemasok : agen gas dari pertamina langsung cabang Jakarta timur yang diantar menggunakan mobil, agen air mineral kemasan dari sekitaran kota Tangerang
3. Pesaing : toko serupa yang berjarak sekitar 500 m

Lingkungan dan pemilihan lokasi diatas sudah baik. Jadi kesimpulannya adalah keputusan yang menyangkut pemilihan lokasi memiliki dampak yang luas dan panjang bagi masa depan suatu usaha. Pertimbangkan kembali lingkungan sekitar anda ketika ingin memulai karna semakin strategis suatu tempat semakin ketat persaingan.





Senin, 05 Oktober 2015

Tulisan_1SS_PBisnis

“KONSUMERISME.
GAYA YANG MENYEBABKAN PENYAKIT”




Promosi bertebaran di mana-mana, baik di mall, di papan-papan iklan, di toko online, melalui pesan di media sosial, dan tempat-tempat lainnya. Tempat perbelanjaan selalu berlomba-lomba menarik hati setiap konsumen. Jika dulu berbelanja identik dengan perempuan, saat ini sudah menembus berbagai kalangan. Banyak lelaki dapat kita temui di berbagai toko, seperti toko gadget, toko otomotif, ataupun toko baju. Kini berbelanja bukan hal yang tabu bagi kaum laki-laki, tua ataupun muda.



Kita harus mengakui bahwa kita sudah tidak peduli membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Hal ini disebabkan oleh :
  1. Banyaknya media seperti iklan-iklan yang menarik konsumen
  2. Pencampuran budaya
  3. Kehidupan bersosial yang salah. Kehidupan sosial ini cenderung lebih kepada “pamer” kekayaan, tidak ingin dipandang “ketinggalan zaman”. Jadi sesungguhnya tujuan yang dikejar adalah status sosial, eksistensi, dan pengakuan.
Pergeseran- pergeseran ini lah yang mengarahkan kepada sifat konsumtif.

Singkatnya, konsumtif adalah suatu sifat yang menjelaskan ketika seorang konsumen memiliki keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencapai kepuasan maksimal. Ketika sifat konsumtif terus berjalan berkelanjutan dan menjadi gaya hidup (sebuah paham) itulah yang disebut dengan konsumerisme.


Sebagai contoh kasus sederhana yang sedang marak terjadi:
  • Dani membeli handphone baru dengan model baru padahal handphone lama masih bagus
  • Rini terus membeli banyak baju, tas dan sepatu hanya untuk bergaya
  • Vira ikut makan di restoran-restoran terkenal agar dapat diterima di lingkungan teman-temannya  yang kalangan kelas atas

Lalu apa dampaknya?
  1. Kecanduan. Ketika seseorang merasa puas dengan “perbelanjaan” yang telah dilakukan, orang tersebut akan terus mencari-cari hal-hal menarik lainnya yang dapat lebih memuaskan dirinya.
  2. Boros. Sama seperti orang yang kecanduan lainnya, semua ini bukan masalah “ada uang berapa?”, “ada uang atau tidak?”. Seseorang akan terus menerus menggerus uangnya bahkan rela berhutang melalui kartu kredit hanya untuk memenuhi hasratnya.
  3. Terpengaruh oleh budaya asing yang negatif. Setelah semua produk dari luar negeri masuk, maka budaya sebelumnya akan terlupakan. Sebagai contoh sederhana ketika seseorang membeli gadget terbaru buatan luar negeri, dengan fitur-fitur yang terus berkembang seseorang tersebut akan terus update di berbagai sosial media hingga hal-hal di sekelilingnya tidak menarik lagi baginya.

Sisi negatif lainnya yang dengan mudah dapat ditemukan:
  1. Konsumerisme menuntun masyarakat pada alienasi atau proses pengasingan dari diri dan keinginannya (bahkan rasionalitasnya). Masyarakat dijadikan proyek produksi yang diiming-imingi sesuatu dan diarahkan pada sesuatu. Masyarakat dibentuk dan dapat kehilangan kesadarannya (consiousness-nya). Ini dapat terlihat dalam pola budaya massa. Juga pencitraan melalui media massa.
  2. Konsumerisme dapat melanggengkan ketidakadilan. Proses produksi dapat dengan mudah menindas kaum yang kecil dan keadilan tidak seimbang. Meskipun budaya massa dapat berarti menyeragaman, tetapi dilihat dari keseimbangan pendapatan dan kekayaan maka akan nampak semakin tidak seimbang. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin dan terbodohi
  3. Konsumerisme meningkatkan konsumsi dan membahayakan keseimbangan alam. Dengan pola produksi dan konsumsi yang berlebihan, beban bumi dalam menyeimbangkan alam menjadi semakin berat. Mari kita lihat limbah produksi, limbah hasil produksi disertai ketidakmauan berpikir untuk melakukan daur ulang. Hal ini dapat membahayakan bumi.
  4. Konsumerisme dapat meningkatkan kriminalitas. Hal ini disebabkan karena meningkatnya keinginan dan kebutuhan, tanpa diimbangi dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Meskipun ini adalah sisi negatif tidak langsung, tetapi hal ini harus diwaspadai

Dikendalikan atau mengendalikan?

Saat ini pola-pola pikir manusia harus dirubah. Ya, kita harus memilih untuk mengendalikannya. Lalu bagaimana caranya?
  1. Kita harus menanggalkan segala fasilitas-fasilitas yang memungkinkan kita untuk berbelanja dalam jumlah berlebihan (dalam hal ini seperti kartu kredit, dsb)
  2. Kita harus ingat membatasi frekuensi, rentang harga, dan menyisihkan anggaran khusus
  3. Punya prioritas (membuat list)
  4. Pergi ke tempat-tempat yang lebih positif
  5. Mulai menabung


Kita bukanlah pemilik harta kita, melainkan penata layanan yang diberikan kepercayaan untuk mengelola harta (dalam hal ini penghasilan) yang Tuhan percayakan kepada kita. Kita harus dapat mengelolanya sedemikian rupa. Jangan sampai kita dikendalikan nafsu dan hasrat kita untuk terus berbelanja, namun sebaliknya kita harus dapat mengendalikan diri kita untuk berbelanja hal-hal yang kita butuhkan.

Dan mari kita mulai mengggunakan, cinta dan bangga terhadap produk-produk lokal. Go konsumen Indonesia yang lebih bijak!

SUMBER: